id
Select Country
Search Icon
close icon
ARCHIFYNOW > TIPS & IDEAS > Benarkah Rumah Tusuk Sate Membawa Sial

Benarkah Rumah Tusuk Sate Membawa Sial?

BY
fb icon
wa icon
email icon
©Shutterstock

Sudah menjadi mitos umum bahwa rumah tusuk sate tidak akan membawa ketenteraman bagi penghuninya. Tidak jarang ada yang menyebutkan bahwa rumah tipe ini dapat membawa bencana bagi yang nekat menghuninya. Benarkah begitu?

Apakah rumah tusuk sate?

Rumah tusuk sate adalah rumah yang berlokasi di pertigaan berbentuk T, dengan posisi rumah tepat menghadap jalan yang tidak bercabang atau dengan kata lain jalan tersebut tepat mengarah ke rumah tersebut. Dari tampak atas, jalan tersebut seperti ‘menusuk’ rumah tersebut. Maka tidak aneh jika disebut rumah tusuk sate.

Mitos rumah tusuk sate tidak disukai

Setidaknya ada dua budaya yang mengakui mitos rumah tusuk sate ini, yaitu budaya Jawa dan budaya Tiongkok. Budaya Jawa mengenal istilah ‘”omah sunduk sate,” artinya sama, yaitu rumah tusuk sate. Dalam pandangan Jawa, rumah tusuk sate akan membawa dampak negatif pada penghuninya. Masyarakat Jawa menyebut rumah ini memiliki hawa panas yang menyebabkan para penghuninya bertemperamen tinggi, suka bertengkar, bahkan sakit-sakitan.

Jika masyarakat Jawa jarang memberi alasan untuk semua fenomena tersebut, kalangan masyarakat Tiongkok memberikan penjelasan dan alasan historisnya. Dahulu, saat jalanan masih didominasi kereta kuda dan pejalan kaki, kuda (baik yang ditunggangi atau pun yang menarik kereta) yang terlanjur berlari kencang tidak akan gampang direm atau dibelokkan. Dalam kondisi tersebut, objek di ujung pertigaan dapat berisiko tertubruk sebelum kuda dapat menghentikan lajunya.

Dari sisi fengsui, energi yang masuk ke dalam rumah tusuk sate terlalu kuat. Aliran yang terlalu kuat ini berakibat buruk pada penghuninya,. Begitu buruknya aliran energi ini bahkan sampai disebut sebagai “panah beracun”. Penghuninya akan selalu dalam kondisi meragu (seperti dalam persimpangan terus), setiap usaha seperti terus mendapat halangan, plus sakit-sakitan.

Secara praktis, mengapa rumah rusuk sate tidak disukai?

Bising dan panas

Rumah yang berada tepat di pertigaan pasti akan memiliki tingkat kebisingan lebih, karena menjadi titik temu tiga ruas jalan. Kebisingan ini akan naik jika kebetulan rumah tusuk sate berada di pertigaan yang dipasang lampu merah. Selain itu, rumah tusuk sate cenderung dianggap panas (mungkin karena hal ini penghuninya menjadi gampang emosi). Area bukaannya yang luas, sebab menghadap area pertigaan yang terbuka, ditambah permukaan aspal yang menyerap panas, membuat suasana sekitar pertigaan menjadi gerah.

Polusi

Sejalan dengan alasan pertama, selain polusi suara, polusi udara juga menjadi permasalahan rumah tusuk sate. Karena berada di pertigaan, akumulasi kendaraan bermotor yang lewat atau berhenti (jika ada lampu merah) akan lebih tinggi daripada rumah umumnya yang berada di satu sisi ruas jalan saja. Selain asap, debu juga akan menjadi masalah. Lebih daripada itu, angin juga akan bertiup lebih kencang, karena ruas jalan yang tepat berada di depan rumah akan menciptakan lorong angin yang menerpa langsung pada hunian.

Lampu mobil

Sorot lampu mobil atau kendaraan bermotor lainnya juga menjadi sumber keluhan penghuni rumah tusuk sate. Tentu saja tidak nyaman setiap malam jendela rumah disapu oleh silaunya cahaya lampu mobil atau motor.

Rawan kecelakaan

Karena posisinya, rumah tusuk sate menjadi rawan kecelakaan. Seorang pengendara motor atau mobil yang tidak hafal wilayah rumah tusuk sate mungkin akan kurang waspada dengan adanya pertigaan yang tajam dan menjadi lokasi rumah tusuk sate.

Apa untungnya memiliki rumah tusuk sate?

Murah

Karena sudah mendapat stigma negatif, maka umumnya rumah tusuk sate dijauhi. Dalam arti lain, harganya lebih murah dari harga rumah umumnya di lokasi yang sama namun tidak dalam posisi tusuk sate.

Strategis

Rumah tusuk sate sebenarnya sangat strategis untuk usaha rumahan. Hal ini karena posisinya yang terbuka ke tiga arah yang berbeda, memungkinkan konsumen atau calon konsumen untuk mengakses lokasi secara mudah.

Ada berbagai cara untuk menyiasati rumah tusuk sate agar penghuninya nyaman dan tidak merasa dihantui berbagai mitos terkait posisi rumah tersebut. Jika diasumsikan kesan rumah menjadi panas secara fisik dan emosional karena faktor radiasi sinar mentari berlebih, polusi, angin, hingga bising seperti yang dipaparkan sebelumnya, maka Anda dapat menyiasatinya dengan beberapa langkah berikut:

  • Memasang tirai bambu atau kayu di beranda rumah, sehingga angin, polusi debu tidak langsung masuk ke dalam rumah. Anda juga dapat memasang kanopi agar rumah semakin teduh.
  • Membuat pagar, pagar hidup atau pun kombinasi keduanya, sehingga rumah semakin terlindung dari ancaman dari jalan raya dan juga semakin hening, karena tanaman dikenal sangat mampu menyerap kebisingan.

Aspek teknis lain seperti yang diterapkan praktisi fengsui, juga dapat Anda terapkan, misalnya membangun taman minimalis, membuat kolam ikan, menanam pohon pelindung, hingga memindah posisi jendela dan pintu utama.

Kembali pada pertanyaan awal, yaitu apakah rumah tusuk sate membawa sial penghuninya? Mungkin ini tergantung pada sikap mental masing-masing. Bagi yang mempercayainya, mungkin sebaiknya menjauhinya. Bagi yang berpikir logis, semua hambatan yang kemudian berkembang menjadi mitos tersebut mungkin memiliki latar belakang logis yang tentunya memiliki solusi logis pula, seperti yang telah dipaparkan. Bagaimana pendapat Anda sendiri?

fb icon
wa icon
email icon
Archifynow
blog platform
ArchifyNow is an online design media that focuses on bringing quality updates of architecture and interior design in Indonesia and Asia Pacific. ArchifyNow curates worthwhile design stories that is expected to enrich the practice of design professionals while introducing applicable design tips and ideas to the public.
More from archifynow
close icon