id
Select Country
Search Icon
close icon
ARCHIFYNOW > NEWS > Diskusi dan Pameran Rumah 100 m2 Solusi dari Keterbatasan Lahan di Bali

Diskusi dan Pameran Rumah 100 m2, Solusi dari Keterbatasan Lahan di Bali

BY
fb icon
wa icon
email icon

Jakarta, 7 September 2018 – Bluprin bersama Indonesia Young Architect (IYA) dan TOSTEM by LIXIL mengadakan Diskusi dan Pameran Rumah 100 mdi HOMEDEC, ICE-BSD, Tangerang. Tema yang diambil adalah Rumah 100 m2, sebuah tema yang menjadi TOR Sayembara Rumah 1 Are di Bali tahun 2017 lalu.

Pada diskusi kali ini menghadirkan tiga arsitek yang juga ikut dalam Sayembara Rumah 1 Are yaitu Widi Adnyana dari Somia DesignHendra Irwanto dari Platform ArchitectsJessica Auditama dari J+A Design, dan satu arsitek senior Ario Andito dari Studio SA_e. Diskusi ini dimoderatori oleh Andesita Oki salah satu founder IYA.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Panel Pameran Rumah 100 m2 ©Bluprin

Diskusi yang berlangsung 3 jam ini membahas tentang solusi dari seorang arsitek atas keterbatasan lahan di Bali yang cukup mahal. Pada tahun 2030, riset memprediksi 65% populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan. Tak terkecuali dengan Indonesia yang juga akan mengalami hal tersebut. Meningkatnya populasi dan keterbatasan lahan membuat persaingan ketat yang mengakibatkan tingginya harga tanah.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Suasana Diskusi Rumah 100 m2 ©Bluprin

Komunitas Indonesian Young Architect (IYA) yang berbasis di Bali, mengangkat tema rumah 100 m2 (atau biasa disebut 1 are di Bali) sebagai skala metric untuk keperluan ukuran dan atau jual beli tanah sehingga rumah 100 m2 dianggap dapat dijadikan acuan kebutuhan rumah tinggal masa depan. Terdapat 5 skenario penghuni rumah 100 m2 dan tiga lokasi lahan yang dihadirkan dalam pameran ini.

Lima skenario kondisi rumah di antaranya:

1. Proffesional Millenial Family
Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Sang ayah bekerja di rumah mengelola bisnis online-nya dan sang ibu adalah seorang dokter. Dua orang anak masing-masing berumur 2 dan 4 tahun.

2.The Single
Seorang wanita karir, single berumur 45 tahun. Beliau mempunyai sebuah biro graphic design dan juga seorang budayawan. Waktu luang biasa dihabiskan dengan bermain musik dan aktif ber-voluunteer di Yayasan Konservasi Bangunan.

3. International Family
Pasangan ini berasal dari Bali dan Australia. Si wanita bekerja sebagai food-blogger dan fotografer, si pria adalah seorang chef di salah satu restoran di Seminyak yang mempunyai hobi surfing dan fotografi. Mereka memutuskan untuk tidak terikat di pernikahan dan mengadopsi satu ekor anjing dan satu ekor kucing.

4. Productive Family
Pasangan muda ini baru menikah. Sang suami seorang travel guide dan sang istri ingin membuka warung makanan Bali di rumah. Mereka juga ada ide untuk membuat satu kamar penginapan untuk disewakan.

5. Multi-Generation Family
Keluarga ini terdiri dari sepasang kakek dan nenek, kedua anaknya, seorang menantu dan seorang cucu. Anak laki-laki pertamanya baru saja menikah dan membawa istrinya ke rumah ini sedangkan anak perempuan keduanya adalah seorang single parent dan memiliki anak perempuan berumur 2 tahun.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Widi Adnyana saat memaparkan usulan design Rumah 100 m2 ©Bluprin

Pada diskusi kali ini Widi Adnyana dari Somia Design menjelaskan usulan desainnya dengan scenario kondisi nomor 5 yang diberi nama Genah Ksukertaan. Rumah ini mempunya 3 level ketinggian lantai dan menciptakan ruang komunal karena terdapat 3 generasi penghuni di rumah ini. Diharapkan para penghuni rumah dapat berkumpul di ruang ini. Widi juga menggunakan atas limasan, material lokal bali dan mengadaptasi bentuk ornament bali untuk pembentuk fasad rumah dengan lahan 5 x 20 meter ini.  

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Hendra Irwanto saat memaparkan usulan design Rumah 100 m2 ©Bluprin

Sedangkan Hendra Irwanto dari Platform Architects yang mengangkat scenario kondisi nomor 3, sepasang pria wanita tanpa ikatan pernikahan dengan seekor kucing dan anjing. Hendra yang memberi nama Umakita mempunyai usulan rumah dengan 3 lantai dengan konsep home farming yang dapat mencukupi kebutuhan pangan pasangan tersebut. Dengan meniadakan sekat di antara ruang keluarga, ruang makan dan dapur membuat kesan luas di rumah di lahan 5 x 20 meter ini.  

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Jessica Auditama saat memaparkan usulan design Rumah 100 m2 ©Bluprin

Lain halnya dengan Jessica Auditama dari J+A Design memberi nama desainnya Umabuyan. Jessica mengajukan usulan rumah 3 lantai dengan dua masa bangunan yang dipisahkan oleh pohon pada void space. Hal ini juga berfungsi sebagai pencahayaan dan penghawaan alami. Desain rumah ini ramah lingkungan karna menggunakan vegetasi pada fasadnya. Rumah ini juga mengadaptasi budaya Bali dengan pagar rumah bali (angkul-angkul), serta menggunakan material lokal. Atap di desain dengan menciptakan kesan rendah pada rumah ini dan semakin ke belakang semakin tinggi. Jessica mengangkat scenario kondisi nomor 3 dengan luas lahan 5 x 20 meter.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Ario Andito saat memaparkan project-projectnya ©Bluprin

Ario Andito dari Studio SA_e pun menambahkan teori krowakismenya. Ario menjelaskan beberapa project yang menggunakan teorinya itu di antaranya project Cage House, Heavy Rotation House dan Rumah Gerbong yang merupakan rumah Ario sendiri. Pada Rumah Gerbong, Ario menjelaskan rumah ini mempunyai lahan memanjang dengan luas 180 m2 yang mempunya 3 fungsi kompartemen yaitu livingwork dan interact. Selain mempunyai fungsi tempat tinggal, terdapat 3 usaha milik Ario dan istri. Rumah 3 lantai ini menggunakan konsep rumah tumbuh, karena pada awal pembangunan yang dimulai di tahun 2007. Renovasi yang berlangsung 5 kali dari 2017  hingga tahun 2017 ini membawa karyanya ini masuk pada World Architecture Festival di Amsterdam 28-30 November 2018 mendatang.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Pameran Rumah 100 m2 yang diselenggarakan oleh Indonesia Young Architect dan Bluprin ©Bluprin

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Pameran Rumah 100 m2 yang diselenggarakan oleh Indonesia Young Architect dan Bluprin ©Bluprin

Pada Pameran Rumah 100 m2 ini menampilkan 38 karya terbaik dan 15 maket dari 100 Peserta Sayembara Rumah 1 Are. Peserta sayembara adalah para arsitek dan pelaku desain se-Indonesia. Arsitek-arsitek inilah yang diharap semakin kreatif dalam menghadapi beberapa kondisi yang ada, baik berupa keterbatasan lahan, aturan-aturan daerah setempat serta kondisi calon penghuni rumah, siapa mereka, pekerjaan mereka dan jumlah keluarga. Tidak hanya fungsional tetapi juga menyisipkan unsur keindahan di dalamnya.

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Maket Mint-DS yang dipamerkan di  Pameran Rumah 100 m©Bluprin

Diskusi Rumah 100 m2Foto: Maket Nimara Architects yang dipamerkan di  Pameran Rumah 100 m©Bluprin

Adanya Diskusi dan Pameran Rumah 100 m2 ini diharapkan menghadirkan karya arsitektur rumah yang dapat menginspirasi publik serta memberikan wawasan baru bagi arsitek muda Indonesia. Bahwa keterbatasan akan lahan tidak menjadi hambatan untuk terus mengeksplorasi ide-ide yang solutif.

Diskusi dan Pameran Rumah 100 m2, Solusi dari Keterbatasan Lahan di Bali

fb icon
wa icon
email icon
Archifynow
blog platform
ArchifyNow is an online design media that focuses on bringing quality updates of architecture and interior design in Indonesia and Asia Pacific. ArchifyNow curates worthwhile design stories that is expected to enrich the practice of design professionals while introducing applicable design tips and ideas to the public.
More from archifynow
close icon