Terletak di balik deretan ruko di pusat kota, proyek ini menghadirkan pengalaman bersantap ramen yang berbeda, berpindah dari ruang sempit dan minim cahaya ke ruang luar yang terbuka dan penuh lanskap. Perjalanan dimulai melalui lorong sempit di dalam ruko yang dipenuhi batuan alami dan vegetasi khas Garut. Lorong ini menjadi ambang transisi yang mengarahkan pengunjung menuju halaman luas dan tenang di belakang. Di inti lahan, area makan ramen semi-outdoor dan coffeeshop indoor diwujudkan melalui adaptive reuse dari gudang lama, meminimalkan limbah konstruksi sekaligus menghadirkan transformasi efisien. Struktur baja putih yang ringan dipilih sebagai intervensi baru, menghadirkan bahasa arsitektur modern yang tenang dan menyatu dengan lanskap hijau di sekitarnya. Taman yang awalnya kosong ditanami pohon Sengon untuk menciptakan iklim mikro sejuk bagi aktivitas makan luar ruang, sekaligus memperkuat gagasan lanskap yang berkelanjutan. Pada ujung lahan, ruang salat luas dirancang dengan massa diagonal mengikuti arah kiblat. Dinding glass block diagonal menyaring cahaya dan pandangan, menghadirkan kesan privat sekaligus terbuka. Proyek ini mengubah lahan komersial yang terabaikan menjadi destinasi publik yang berlapis, memadukan arsitektur, lanskap, dan pengalaman ruang luar sebagai jeda tenang di tengah hiruk-pikuk kota.
Terletak di balik deretan ruko di pusat kota, proyek ini menghadirkan pengalaman bersantap ramen yang berbeda, berpindah dari ruang sempit dan minim cahaya ke ruang luar yang terbuka dan penuh lanskap. Perjalanan dimulai melalui lorong sempit di dalam ruko yang dipenuhi batuan alami dan vegetasi khas Garut. Lorong ini menjadi ambang transisi yang mengarahkan pengunjung menuju halaman luas dan tenang di belakang. Di inti lahan, area makan ramen semi-outdoor dan coffeeshop indoor diwujudkan melalui adaptive reuse dari gudang lama, meminimalkan limbah konstruksi sekaligus menghadirkan transformasi efisien. Struktur baja putih yang ringan dipilih sebagai intervensi baru, menghadirkan bahasa arsitektur modern yang tenang dan menyatu dengan lanskap hijau di sekitarnya. Taman yang awalnya kosong ditanami pohon Sengon untuk menciptakan iklim mikro sejuk bagi aktivitas makan luar ruang, sekaligus memperkuat gagasan lanskap yang berkelanjutan. Pada ujung lahan, ruang salat luas dirancang dengan massa diagonal mengikuti arah kiblat. Dinding glass block diagonal menyaring cahaya dan pandangan, menghadirkan kesan privat sekaligus terbuka. Proyek ini mengubah lahan komersial yang terabaikan menjadi destinasi publik yang berlapis, memadukan arsitektur, lanskap, dan pengalaman ruang luar sebagai jeda tenang di tengah hiruk-pikuk kota.
Terletak di balik deretan ruko di pusat kota, proyek ini menghadirkan pengalaman bersantap ramen yang berbeda, berpindah dari ruang sempit dan minim cahaya ke ruang luar yang terbuka dan penuh lanskap. Perjalanan dimulai melalui lorong sempit di dalam ruko yang dipenuhi batuan alami dan vegetasi khas Garut. Lorong ini menjadi ambang transisi yang mengarahkan pengunjung menuju halaman luas dan tenang di belakang. Di inti lahan, area makan ramen semi-outdoor dan coffeeshop indoor diwujudkan melalui adaptive reuse dari gudang lama, meminimalkan limbah konstruksi sekaligus menghadirkan transformasi efisien. Struktur baja putih yang ringan dipilih sebagai intervensi baru, menghadirkan bahasa arsitektur modern yang tenang dan menyatu dengan lanskap hijau di sekitarnya. Taman yang awalnya kosong ditanami pohon Sengon untuk menciptakan iklim mikro sejuk bagi aktivitas makan luar ruang, sekaligus memperkuat gagasan lanskap yang berkelanjutan. Pada ujung lahan, ruang salat luas dirancang dengan massa diagonal mengikuti arah kiblat. Dinding glass block diagonal menyaring cahaya dan pandangan, menghadirkan kesan privat sekaligus terbuka. Proyek ini mengubah lahan komersial yang terabaikan menjadi destinasi publik yang berlapis, memadukan arsitektur, lanskap, dan pengalaman ruang luar sebagai jeda tenang di tengah hiruk-pikuk kota.