Mengingat kembali pada rumah ini setahun yang lalu, kami mencoba untuk merasakan, memahami, dan mencoba mengerti apa yang sudah ada dan terlahir di dalamnya. Ada berbagai kebiasaan yang sudah lahir bertahun-tahun lamanya, ada berbagai macam pernak-pernik yang selalu bertambah di setiap tahunnya, dan ada pun perasaan yang hadir ketika berada di dalamnya. Sesak, gelap, dan usang, seakan rumah tersebut mengintimidasi ketika pertama kali masuk ke dalam rumah eksistingnya terdahulu. Pada akhirnya, hal-hal tersebut yang mendasari kami untuk merancang hunian satu lantai ini.
.
Rumah yang berdiri di lahan berukuran 140 m² ini dirancang dengan banyak bukaan di setiap sudutnya. Alih-alih memaksimalkan bangunan sampai dengan batas lahan, di setiap sisi lahannya kami hadirkan ruang terbuka sebagai sumber energi pada bangunan. Ruang terbuka dan bukaan yang tercipta pada akhirnya memastikan penghuni rumah terhubung dengan ruang luar dan mendapatkan pencahayaan sekaligus penghawaan alami di sepanjang hari.
.
Di sisi lain, kami gabungkan tiga komponen kegiatan (masak, makan, dan berkumpul) yang dulunya terpisah, kami jadikan satu dalam sebuah ruang bersama, sehingga ketiga aktivitas tersebut akan saling terhubung satu sama lain.
.
Bagi kami, merancang dan menyaksikan bangunan ini sampai dengan selesai merupakan sebuah kebahagiaan yang nyata. Sedikit atau banyaknya, rumah baru ini akan membentuk sebuah kebiasaan dan perasaan “sense of place” yang baru bagi para penghuninya di hari-hari yang akan datang.
Mengingat kembali pada rumah ini setahun yang lalu, kami mencoba untuk merasakan, memahami, dan mencoba mengerti apa yang sudah ada dan terlahir di dalamnya. Ada berbagai kebiasaan yang sudah lahir bertahun-tahun lamanya, ada berbagai macam pernak-pernik yang selalu bertambah di setiap tahunnya, dan ada pun perasaan yang hadir ketika berada di dalamnya. Sesak, gelap, dan usang, seakan rumah tersebut mengintimidasi ketika pertama kali masuk ke dalam rumah eksistingnya terdahulu. Pada akhirnya, hal-hal tersebut yang mendasari kami untuk merancang hunian satu lantai ini.
.
Rumah yang berdiri di lahan berukuran 140 m² ini dirancang dengan banyak bukaan di setiap sudutnya. Alih-alih memaksimalkan bangunan sampai dengan batas lahan, di setiap sisi lahannya kami hadirkan ruang terbuka sebagai sumber energi pada bangunan. Ruang terbuka dan bukaan yang tercipta pada akhirnya memastikan penghuni rumah terhubung dengan ruang luar dan mendapatkan pencahayaan sekaligus penghawaan alami di sepanjang hari.
.
Di sisi lain, kami gabungkan tiga komponen kegiatan (masak, makan, dan berkumpul) yang dulunya terpisah, kami jadikan satu dalam sebuah ruang bersama, sehingga ketiga aktivitas tersebut akan saling terhubung satu sama lain.
.
Bagi kami, merancang dan menyaksikan bangunan ini sampai dengan selesai merupakan sebuah kebahagiaan yang nyata. Sedikit atau banyaknya, rumah baru ini akan membentuk sebuah kebiasaan dan perasaan “sense of place” yang baru bagi para penghuninya di hari-hari yang akan datang.
Mengingat kembali pada rumah ini setahun yang lalu, kami mencoba untuk merasakan, memahami, dan mencoba mengerti apa yang sudah ada dan terlahir di dalamnya. Ada berbagai kebiasaan yang sudah lahir bertahun-tahun lamanya, ada berbagai macam pernak-pernik yang selalu bertambah di setiap tahunnya, dan ada pun perasaan yang hadir ketika berada di dalamnya. Sesak, gelap, dan usang, seakan rumah tersebut mengintimidasi ketika pertama kali masuk ke dalam rumah eksistingnya terdahulu. Pada akhirnya, hal-hal tersebut yang mendasari kami untuk merancang hunian satu lantai ini.
.
Rumah yang berdiri di lahan berukuran 140 m² ini dirancang dengan banyak bukaan di setiap sudutnya. Alih-alih memaksimalkan bangunan sampai dengan batas lahan, di setiap sisi lahannya kami hadirkan ruang terbuka sebagai sumber energi pada bangunan. Ruang terbuka dan bukaan yang tercipta pada akhirnya memastikan penghuni rumah terhubung dengan ruang luar dan mendapatkan pencahayaan sekaligus penghawaan alami di sepanjang hari.
.
Di sisi lain, kami gabungkan tiga komponen kegiatan (masak, makan, dan berkumpul) yang dulunya terpisah, kami jadikan satu dalam sebuah ruang bersama, sehingga ketiga aktivitas tersebut akan saling terhubung satu sama lain.
.
Bagi kami, merancang dan menyaksikan bangunan ini sampai dengan selesai merupakan sebuah kebahagiaan yang nyata. Sedikit atau banyaknya, rumah baru ini akan membentuk sebuah kebiasaan dan perasaan “sense of place” yang baru bagi para penghuninya di hari-hari yang akan datang.